PPHTP Dan BAPPANAS Salurkan Kedelai Lokal Dari Petani Ke Pelaku Usaha

Pada tanggal 6 September 2024, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (PPHTP) Ditjen Tanaman Pangan bersama dengan Direktorat Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), melaksanakan program penyerapan kedelai dalam upaya mendukung keberlanjutan industri pengolahan kedelai di Bogor dan sekitarnya. Langkah ini merupakan bagian dari Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang dijalankan oleh Bapanas, yang bertujuan untuk mengatur ketersediaan dan kestabilan harga komoditas pangan strategis, salah satunya kedelai, di pasar domestik. Program ini tidak hanya dirancang untuk menjaga stabilitas harga kedelai di tingkat konsumen, tetapi juga untuk memberikan perlindungan kepada petani lokal agar harga hasil panen mereka tetap kompetitif di tengah persaingan pasar kedelai impor.

Dalam tahap pertama dari program ini, sebanyak 10 ton kedelai lokal berhasil diserap dari para petani di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, yang merupakan salah satu sentra produksi kedelai nasional. Kedelai yang didistribusikan ini kemudian disalurkan ke sejumlah pelaku usaha pengolahan kedelai di wilayah Bogor, seperti Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) dan Rumah Tempe Indonesia. Kedua entitas ini memiliki peran penting dalam rantai pasokan tahu dan tempe di Bogor, dengan kapasitas pengolahan yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal.

Pada tahap selanjutnya, distribusi kedelai lokal ini akan diperluas dengan melibatkan lebih banyak pelaku usaha di daerah tersebut, termasuk produsen makanan olahan seperti Tahu Yunyi dan Tempe Azaki, yang dikenal sebagai produsen lokal yang mengutamakan kualitas produk mereka. Dengan adanya distribusi kedelai yang berkelanjutan ini, diharapkan para pelaku usaha kecil dan menengah di sektor pengolahan kedelai dapat terus berproduksi tanpa terganggu oleh fluktuasi harga dan kelangkaan bahan baku.

Program ini tidak hanya berdampak positif bagi produsen, tetapi juga memberikan manfaat langsung bagi petani kedelai di Kabupaten Pati. Melalui kerjasama yang baik antara petani, koperasi, dan pemerintah, program ini berupaya mendorong peningkatan produksi kedelai lokal, mengurangi ketergantungan pada impor, serta menciptakan ekosistem perdagangan yang lebih adil dan berkelanjutan. Selain itu, dengan menyalurkan kedelai langsung dari petani ke pelaku usaha pengolahan, rantai distribusi dapat dipangkas sehingga biaya tambahan dapat diminimalkan, yang pada akhirnya diharapkan dapat menurunkan harga jual produk tahu dan tempe di pasaran.

Inisiatif ini juga sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mencapai kemandirian pangan, terutama untuk komoditas yang menjadi bahan pokok seperti kedelai. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia masih bergantung pada impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, yang sering kali menyebabkan harga kedelai di pasaran tidak stabil. Dengan adanya program penyerapan kedelai lokal ini, diharapkan akan tercipta keseimbangan antara produksi dalam negeri dan permintaan pasar, sehingga ketergantungan pada impor dapat berkurang secara signifikan.

Upaya penyerapan kedelai lokal ini merupakan langkah strategis yang tidak hanya membantu menstabilkan harga di tingkat konsumen, tetapi juga berkontribusi pada pemberdayaan ekonomi petani lokal. Program ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang yang mampu meningkatkan daya saing kedelai lokal di pasar domestik, sekaligus memastikan pasokan yang berkelanjutan bagi para pelaku usaha pengolahan tahu dan tempe di seluruh Indonesia.

#kedelailokal #nongmo